dalam rezeki kita ada rezeki orang lain

388Likes, 40 Comments. TikTok video from DATIN NURWIDA (@datinnurwida): "Dalam rezeki kita, ada rezeki orang lain! #widalyas #bawal #tudung #wanita #cantik #hijab #drama #business #motivasi #tips #tokgurutiktok". original sound - DATIN NURWIDA. Jelasye. Nanti ada kata saya ni juga penjawat awam tu pro penjawat awam. Pernah dengar tak "dalam rezeki kita ada rezeki orang lain". Jadi itulah kisah yang saya ingin sampaikan. 1. Kenapa kita rasa amat cemburu terhadap penjawat awam? sebab gaji tetap jalan macam biasa. 2. Diamenetapkan rezeki hamba-hamba-Nya di bumi secara terbatas dalam ukuran tertentu , selaras dengan kadar kesanggupannya. Takaran rezeki-Nya pas banget untuk kita. Tidak usah iri dengan rezeki orang lain yaa, masing-masing manusia takaran rezeki-Nya pasti berbeda-beda. Allah maha adil dan rezeki kita tak mungkin tertukar. GarisTangan Orang Kaya Pembawa Rezeki Dari 3 Alam. Istri Jangan Lakukan ini Pada Suami, Hukuman dan Dosanya ada Dalam Hadis, Kata Syekh Ali Jaber; Terkini. Suka Membantu Orang Lain, Rezeki 7 Weton Ini Selalu Datang Tanpa Terduga Kata Primbon Jawa 4 Agustus 2022, 23:35 WIB. RancanganMY H.A.U.S episod kelima yang bakal disiarkan pada Isnin, 22 Februari 2021 akan datang membawakan tagline istimewa "Dalam Rezeki Kita Ada Hak Orang Lain".. Episod ini memaparkan kisah seorang ibu tunggal dari Kampung Teluk Payang, Bota Kiri Perak yang tidak mengenal erti putus asa dalam membesarkan anak-anak tercinta walaupun kesempitan hidup. Site De Rencontre Le Plus Utilisé En France. Dalam konsep Islam, menurut Syekh Sya’rawi, rezeki tak selalu identik dengan harta kekayaan. Rezeki Allah sangat luas. Prinsip ini kerap luput dari pemahaman umat. Mereka mengira Allah hanya memberi rezeki berupa uang, emas, perak, atau jenis kekayaan lainnya. Padahal, kata dia, hakikat rezeki itu amat luas. Segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia dinamakan rezeki. Ilmu, akhlak, rupa yang cantik dan tampan, atau pangkat, semuanya itu dikategorikan sebagai rezeki yang diberikan oleh Allah. Rezeki bisa dibagi ke dalam dua kutub besar rezeki halal dan haram. Perbedaan antara keduanya sangat jelas. Rezeki haram manfaatnya tidak bertahan lama, akan habis dalam waktu sekejap. Sedangkan, rezeki yang halal, sekalipun manfaatnya sedikit di mata sebagian orang, tetapi sejatinya harta itu terus bertambah keberkahannya. Umat Islam harus merenungkan makna ayat ke-71 dari surah an-Nahl Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan rezekinya itu tidak mau memberi rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki agar mereka sama merasakan rezeki itu. Maka, mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? Lalu, mengapa rezeki yang diterima oleh individu berbeda satu dengan yang lain? karena Perbedaan tersebut dimaksudkan agar rezeki dapat mengalir ke individu dengan cara yang berbeda-beda. Jika terjadi perbedaan rezeki, Allah akan memberikan haknya dalam bentuk yang lain. Hal ini karena, sekali lagi, rezeki bukan hanya uang semata, tetapi rezeki adalah segala sesuatu yang dirasakan manfaatnya oleh manusia. Karena itu, bentuk rezeki yang diberikan Allah tidak terbatas. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. QS al-Baqarah [2] 212. Dalam ketentuan dan hitungan matematis, besaran output akan ditentukan oleh besaran input. Tetapi, itu tidak berlaku dalam konteks rezeki yang Allah berikan; Allah tidak memberikan batas. Bahkan, tak jarang Allah memberi rezeki di luar batas usaha yang telah ditempuh oleh seorang hamba—apa yang diperoleh bisa lebih banyak dari yang dikira dan telah diusahakan. Sebagian Muslim lalu bersikap sinis dan terheran dengan rezeki lebih yang diterima oleh orang kafir. Tetapi, mengapa kaum Muslim itu tidak mencoba menghitung betapa besarnya nilai kebajikan yang Allah berikan kepada mereka? Belum lagi rezeki berupa rasa nyaman yang dirasakan oleh hati. Terlebih jika mereka mengetahui bahwa hari pembalasan pasti akan tiba. Allah akan memberi balasan sesuai dengan keyakinan dan amal yang telah diperbuat selama di dunia QS an-Nahl [16] 96-97.[] SumberKhazanahRepublika Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap orang berusaha dan berjuang untuk menjemput rezeki agar dapat memenuhi kebutuhan dan memberi manfaat untuk dirinya, keluarga, kerabat, dan lingkungan sosial. Tidak ada rezeki yang turun dari langit, tetapi harus diupayakan dengan cara-cara yang halal dan benar. Bukan asal comot dan serobot yang bukan haknya. Semua sudah ada porsinya yang tidak mungkin tertukar/salah. Kalau sudah rezekinya pasti akan sampai ditangan kita. Sebaliknya bila belum rezeki kita, dikejar sampai ujung duniapun akan terlepas, seperti "fatamorgana", semakin dikejar semakin menjauh. Dalam hukum agama yang saya anut ada kewajiban menyisihkan sebagian rezeki minimal 2,5 persen yang menjadi hak orang lain kaum dhuafa. Tidak heran kalau pada bulan suci Ramadan saat yang tepat untuk menghitung zakat maal yang harus dibayarkan kepada yang berhak. Lebih diutamakan untuk keluarga terdekat bila masih ada yang membutuhkan, untuk mensucikan rezeki yang dimilik agar halal dan barokah. Secara fakta dan matematis rezeki yang diberikan berkurang, namun sangat diyakini sejatinya akan mendapat ganti yang tidak terduga-duga, bertambah berlipat ganda, bukan hanya berujud ini orang selalu beranggapan bahwa rezeki itu berupa nilai rupiah alias uang yang bisa dijumlah nominalnya. Semakin banyak nilai nominal rupiahnya yang diperoleh berarti semakin sukses hidupnya. Anggapan ini sah-sah saja, namun untuk mendapatkan rezeki banyak dan barokah perlu proses panjang, kerja keras dan kerja cerdas. Ibaratnya orang lain sudah terlelap di peraduan, ia masih berjuang, berpikir, berinovasi, bekerja untuk menghasilkan karya nyata yang dapat memberi manfaat bagi banyak orang. Jadi tidak ada dalilnya seorang "pemalas" tanpa kerja keras dan cerdas mendapatkan rezeki banyak seperti "durian runtuh", kecuali melakukan tindakan tercela dan bahwa uang hanya salah satu rezeki yang dimiliki oleh setiap orang. Masih banyak rezeki yang kita miliki tetapi tidak pernah dirasakan karena tidak berwujud lembaran kertas yang mempunyai nilai. Akibatnya orang sangat senang mendapatkan uang banyak, saking kepinginnya jalan pintaspun ditempuh. Tanpa pernah berpikir panjang dan resiko yang akan dihadapi berupa sanksi hukum dan non hukum sosial, agama, adat setempat. Padahal sebelum sanksi hukum dijatuhkan, sudah menerima sanksi sosial, dikucilkan, didiamkan, "dibully". 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya Tidak dinafikan setiap rezeki yang kita perolehi, ada hak dan bahagian orang lain yang perlu dikongsi. Ia bukanlah milik kita seorang. Barangkali ia milik mak ayah, adik beradik, orang susah dan golongan yang memerlukan. Jika inginkan keberkatan dalam setiap rezeki yang diperolehi, jangan lokek untuk berkongsi, bahkan pahala tersebut kekal di akhirat amalan berkongsi rezeki atau bersedekah merupakan salah satu daripada amalan yang tidak terputus أبي هريرة رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع يه أو ولد صالح يدعو لهMaksud hadis Daripada Abu Hurairah Radhiallahu Anhu katanya, Rasulullah SAW telah bersabda Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah wakaf, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.” HR MuslimJemput baca perkongsian oleh Muhammad Hassan ini sebagai renungan buat kita;Hari jumaat tempoh hari saya kerja separuh hari. Ada pakcik pesakit dialysis nak tumpang balik,kebetulan rumah satu jalan dengan perjalanan beliau minta saya berhenti masjid sekejap nak solat dhuha. Dah alang-alang dia solat saya join masjid ada satu keluarga dalam masjid. 2 orang kanak-kanak main kejar kejar dalam masjid. Dari jauh anak-anak ini datang kat saya dan pakcik dan salam. Bapanya sedang solat dhuha saf solat pakcik tu keluarkan duit kertas Rm50 terus bagi kat anak yang paling besar. Terkejut juga saya. Banyak betul pakcik tu Solat DhuhaSelesai solat baru nak melangkah keluar masjid kami di sapa oleh bapa anak-anak tadi. Tuan terima kasih sedekahkan kami duit. Saya cakap bukan saya bagi,pakcik ni kali dia ucap terima kasih sambil sebak menangis. Saya cakap jangan menangis bang,itu rezeki abang dan anak-anak. Dia terus cakap. Saya dah tak ada duit langsung bank pun ada RM30 je tak boleh keluarkan. Saya tak sangka berkat solat dhuha Allah beri rezeki kat saya. Saya dah tak ada kerja bang. dah 2 minggu cari kerja takda. Kedai makan tempat saya kerja sebelum ini dah tutup. Terima kasih pakcik sedekah kami terus pelawa. Jika begitu kerja dengan pakciklah. Hantar dan ambik pakcik di pusat dialysis. Tapi pakcik kereta saya tak ada air cond. Takpa pakai kereta pakcik ada air cond. Jika awak nak kerja hari-hari pun boleh jadi driver pakcik nak?Lagi pun pakcik taknak menyusahkan anak-anak,diorang semua kerja pejabat. Jika kamu bersetuju nanti ikut pakcik ke rumah kita bincang pasal fikir panjang terus abang itu bersetuju dengan sebak, berkali kali dia ucap terima kasih. Paling saya terharu anak-anak beliau terus berlari cakap kat ibu yang menunggu di garaj letak Rezeki Kita, Ada Hak Orang LainDalam kereta pakcik cakap kat saya. Pakcik tak lama dah,esok lusa mungkin akan mati. Kawan-kawan pun semua dah mati. tinggal pakcik je. Dulu hidup banyak lupa tuhan,tak banyak sedekah, jarang solat,hidup hanya untuk kerja, perniagaan. Anak-anak membesar pun tanpa kasih sayang dari sebelum mati Allah dah tarik nikmat supaya pakcik ingat dia. Matt kena ingat. Setiap rezeki yang kita dapat itu ada hak orang lain. Kita kena kongsi. Yang kita kongsi itulah akan kekal di akhirat Pasir gudang ke pontian tak henti henti saya berfikir apa Allah nak tunjuk kat saya jumaat lepas. Fikir apa nasib abang,isteri dan anak-anak keluarga ini,tak henti henti juga saya doakan moga urusan abang ini Hari ini mungkin kita mampu untuk makan 2-3 kali sehari,mampu untuk ke mana kita nak pergi. Tapi ada ramai insan diluar sana untuk makan sekali sehari pun belum tentu dapat.“Ya Allah maafkanlah kami banyak lupa tentang insan lain”-EncikMatt- LelakiBurQaMW Semoga perkongsian ini bermanfaat. Bersyukurlah dengan setiap rezeki yang diperolehi dan berkongsilah dengan orang lain untuk keberkatan serta saham akhirat kita Artikel yang diterbitkan ini telah mendapat keizinan daripada penulis Muhammad Hassan Ade Sudaryat Agama Friday, 05 May 2023, 0628 WIB Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, kewajiban kita adalah menjemput jatah rezeki yang telah Allah sediakan bagi kita. Pada hakikatnya, aktivitas pekerjaan yang kita lakukan merupakan upaya kita untuk menjeput jatah rezeki yang telah Allah sediakan. Kita telah diberi ketentuan jatah rejeki sejak Ia meniupkan ruh kepada janin kita di perut ibu pada usia kandungan 120 hari. Pada usia tersebut, segala hal yang meyangkut kehidupan kita telah Allah tetapkan, termasuk beragam rezeki yang akan kita terima selama menjalani kehidupan. Karenanya, dalam menjalani kehidupan ini, kita tak perlu berebut mengambil hak orang lain, bahkan kita pun tak boleh iri dengan rezeki yang diterima orang lain. Masing-masing dari kita telah memiliki rezekinya masing-masing yang mustahil akan tertukar dengan jatah rezeki orang lain. Ketika seseorang mengambil jatah rezeki orang lain dengan cara melanggar hukum, mencuri, korupsi, atau cara jahat lainnya, secara lahiriyah ia nampak senang bergelimang harta, namun secara psikologis ia menderita. Lambat laun penderitaannya itu akan menjadi-jadi, dan menyebabkan harta bahkan jiwanya hilang. Contoh yang paling sering kita saksikan adalah para koruptor. Meskipun mereka tersenyun ketika diekspose di hadapan khalayak, sebenarnya hatinya menderita, tersiksa. Dengan kata lain, ketika kita mengambil rezeki hak orang lain, lalu memakannya, pada hakikatnya kita tengah memasukkan penderitaan dan kesengsaraan terhadap jiwa kita. Kesengsaraan jiwa akan melahirkan kehidupan yang tidak tenteram. Harta berlimpah, namun sarat kegelisahan. Kegelisahan hidup di tengah-tengah kemudahan mencari rezeki atau harta merupakan pertanda hilangnya berkah dari rezeki yang kita raih. Hilangnya berkah rezeki yang kita raih berarti hilangnya ketenangan dan kebahagiaan hidup. Jika rezeki atau harta yang kita peroleh berasal dari perbuatan haram, bisa jadi kegelisahan ini akan mengantarkan diri kita masuk ke dalam kubangan siksa neraka. Dalam salah satu wasiat kepada salah seorang santrinya, Syaqiq al Balkhi, ketika Sang Santri bertanya resep ketenangan hidup yang dilakoni gurunya, Hatim bin Al asham. Sang guru bijak ini memberikan nasihat empat langkah menuju kehidupan yang tenang dan bahagia. Pertama, aku tahu bahwa rezekiku tak akan dimakan orang lain, tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain maka tenanglah diriku. Wasiat pertama ini mengajarkan kepada kita untuk tidak iri terhadap rezeki yang dimiliki orang lain apalagi sampai menjegal atau mengambilnya dengan melanggar hukum. Setiap orang sudah memiliki bagian rezekinya masing-masing, bahkan setiap orang tidak akan meninggal dunia sebelum jatah rezekinya ia terima. “Wahai umat manusia, bertakwalah kalian kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, sehingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” H. R. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, hadits nomor Usai melaksanakan ibadah shalat wajib, dalam dzikir-dzikir usai shalat kita pun selalu berikrar bahwa yang memberi, membagi, dan menahan rezeki kita hanyalal Allah, dan rezeki kita tak akan tertukar dengan milik dan hak orang lain. “Ya Allah Ya Tuhan Kami, tidak ada satupun yang dapat melarang jika Engkau menghendaki dan tidak ada satupun yang dapat memberi jika Engkau tidak menghendaki dan tidak ada yang dapat menolak apa yang telah Engkau tentukan serta tidak ada kekuatan yang dapat memberi manfaat kecuali atas kehendakmu H. R. Bukhari, Shahih Bukhari, hadits nomor 844 dan Muslim, Shahih Muslim, hadits nomer 593. Kedua, aku tahu bahwa orang lain tidak akan menggantikan aku dalam mengerjakan amal baikku, maka aku menyibukkan diri untuk mengerjakannya. Tugas utama kita dalam menjalani kehidupan ini adalah beribadah. Aktivitas apapun yang kita lakukan harus memiliki nilai ibadah. Selain itu, aktivitas ini bersifat pribadi tidak bisa diwakilkan kepada siapapun agar kelak kita dapat mempertanggungjawabkan amanah kehidupan ini di hadapan-Nya. Ketiga, aku tahu bahwa maut akan datang tiba-tiba maka aku mempersiapkan diri menyambutnya. Wasiat ketiga ini mengajarkan kepada kita untuk mempersiapkan amal kebaikan sebagai bekal kehidupan sesudah kita meninggal. Sebagaimana disabdakan Rasulullah saw, orang yang cerdas adalah mereka yang menjadikan aktivitas kehidupan ini dijalani sebaik mungkin agar menjadi bekal di alam keabadian. Keempat, aku yakin bahwa Allah selalu mengawasiku maka aku menghindarkan diri dari mendurhakai-Nya. Wasiat keempat ini mengajarkan kepada kita untuk senantiasa meyakini bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui atas segala hal yang kita perbuat. Satu hal yang harus kita waspadai, apapun yang kita lakukan tak akan tersembunyi di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam melakukan segala aktivitas, baik maupun jelek, segala aktivitas kita akan senantiasa dalam pengawasan-Nya. Dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun kita berada, Ia mengetahui apa yang kita lakukan. Kehidupan kita yang sementara dan sangat singkat ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Akhlak yang baik senantiasa harus menjadi aksesoris kehidupan. Sikap iri, musyrik, dendam, dan berbuat zalim kepada orang lain harus benar-benar dihindari. Kita harus berjuang keras agar memiliki harta dan hati yang bersih. Keimanan yang kuat harus tetap tertanam di hati sanubari. Kecintaan seraya mengharap rida-Nya harus benar-benar menjadi dasar dalam melakukan suatu aktivitas. Hanya dengan cara seperti ini, kita akan dapat meraih ketenagan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. “ Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” Q. S. Asy Syu’ara 87 – 89. Ilustrasi rezeki sumber gambar rezeki berkah kegelisahan tenteram iri Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Agama sub-bab Allah titipkan rezeki orang lain di setiap rezeki kita agar kita bersyukur dan berusaha’ “Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan kegiatan dan kemauan kerasnya dan ambisinya,” HR. Anthusi. Di setiap rezeki yang Allah berikan kepada kita ada sebagian rezeki orang yang di titipkan kepada kita, jadi banggalah ketika titipan itu di ambil oleh pemiliknya, brarti kita telah jadi distributor yg baik, lebih baik memberi sebelum di pinta. .dengan shadaqah. . Allah Tambah Nikmat Jika Bersyukur Sadar atau tidak, hidup manusia di alam fana ini tidak akan terlepas dari menerima nikmat dan rahmat Allah. Nikmat yang dikurniakan Allah kepada manusia adalah tidak terhitung banyaknya. Jumlahnya tidak dapat disukat dan ditimbang. Ini jelas dinyatakan Allah dalam firman-Nya bermaksud- “Dan sekiranya kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” – Surah an-Nahl, ayat 18 Meneliti kejadian dan karunia anggota badan utama pada tubuh manusia seperti kaki, tangan, perut, mulut, telinga, hidung dan mata, sudah cukup bagi kita membuat kesimpulan betapa berkuasa, agung dan murahnya Allah serta betapa lemah dan tidak berdayanya manusia yang menghuni alam fana ini. Anggota badan itu pula dijadikan Allah dengan rapi dan lengkap serta dapat bergerak dan berfungsi serentak pada waktu sama. Sambil melihat, kita dapat bercakap, mendengar, menghidu, berjalan dan sebagainya. Imam Al Ghazali mendefinasikan nikmat itu sebagai setiap kebaikan, kelazatan dan kebahagiaan serta setiap kebahagiaan hidup ukhrawi’ – hari akhirat yang kekal abadi.’ Secara umumnya, nikmat kurniaan Allah kepada setiap orang manusia dapat dibahagikan kepada dua yaitu 1 Nikmat bersifat fitri’ atau asasi iaitu nikmat yang dibawa oleh manusia ketika dilahirkan lagi. 2 Nikmat mendatang zaitu nikmat yang diterima dan dirasakan dari masa ke semasa. Nikmat bersifat fitri atau asasi itu digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya bermaksud “Dan Tuhan melahirkan kamu dari perut ibumu tanpa mengetahui apa-apa pun. Dan kemudian diberinya kamu pendengaran, penglihatan dan hati supaya kamu bersyukur – berterima kasih.” – Surah an-Nahl, ayat 78 Sesungguhnya manusia ini dilahirkan ke dunia dalam keadaan bertelanjang bulat. Tetapi dilengkapi dengan alat yang diperlukan dalam perjuangan hidup ini. Dalam ayat di atas, yang dimaksudkan dengan kelengkapan itu ialah telinga, mata dan hati akal. Ada pun nikmat yang kedua iaitu nikmat yang dianggap mendatang itu ialah segala kenikmatan, kelazatan, kebahagiaan dan sebagainya yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya. Segala sesuatu yang ada dalam alam ini, bermula daripada tanam tanaman sampailah kepada binatang ternakan dan barang logam, semuanya diperuntukkan supaya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Keadaan dan kenyataan ini dijelaskan oleh Allah dengan firman-Nya yang bermaksud “Dan sebagai tanda untuk mereka ialah bumi yang mati kering, Kami hidupkan dan Kami keluarkan dari dalamnya buah tanam-tanaman sebahagiannya mereka makan. Dan Kami adakan padanya kebun kurma dan anggur. “Dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air supaya mereka dapat makan buahnya. Semua itu bukanlah hanya usaha tangan mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur.” – Surah Yasin, ayat 31 hingga 35 Lumrahnya, seseorang manusia itu hanya akan menyadari nikmat yang dikurniakan Allah kepadanya apabila nikmat itu hilang atau terlepas daripadanya dicabut oleh Tuhan kembali. Andai kata matanya tidak sempurna, kakinya patah, atau seumpama itu berlaku ke atas dirinya, maka ketika itu barulah berasa sungguh-sungguh bagaimana nikmatnya mempunyai dua bola mata, mempunyai kaki dan tangan tidak cacat. Sesungguhnya nikmat kesihatan betul-betul dirasai apabila kita sakit. Seorang yang berkuasa atau berpangkat akan berasa nikmat memegang kuasa dan pangkat selepas jatuh atau dipecat daripada kekuasaan serta jawatan yang disandangnya hilang. Seorang hartawan apabila jatuh miskin dan melarat, maka akan rasa bersalah olehnya bagaimana besarnya nikmat kekayaan yang pernah dikecapinya itu. Oleh itu peliharalah setiap nikmat diperolehi. Bersyukur dan berterima kasihlah kepada Allah Yang Maha Kuasa supaya nikmat itu akan terus dikekalkan-Nya. Syukur dapat diertikan sebagai Mengerti bahawa semua nikmat yang ada pada diri seseorang hamba, baik yang lahir mahu pun yang batin, semuanya daripada Allah sebagai pemberian daripada-Nya. Tanda seseorang itu bersyukur ialah apabila gembira wujudnya nikmat pada dirinya, yang melorongkan jalan untuk beramal ibadat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Orang yang bersyukur kepada Allah akan memperbanyakkan ucapan syukur dan terima kasih kepada-Nya. Mereka akan mengerjakan ketaatan kepada Allah dan akan membesarkan nikmat sekalipun nikmat itu kecil saja. Sesungguhnya bersyukur kepada Allah adalah perbuatan wajib ke atas setiap manusia. Ini jelas daripada firman-Nya bermaksud- “Syukurlah terhadap nikmat Allah jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepada Nya.” – Surah an-Nahl, ayat 144 Lawan syukur ialah kufur. Seseorang yang menggunakan nikmat ini pada tempat bertentangan dengan tujuan penciptaannya, maka sebenarnya mengkufuri nikmat Allah yang menganugerahkan nikmat itu kepadanya. Seseorang yang memukul orang lain dengan tangannya, maka orang itu dikira mengkufuri nikmat, sebab tangan yang dijadikan Allah untuk mempertahankan diri daripada perkara yang mengancamnya bukan mencedera atau membinasakan orang lain. Seseorang itu dianggap tidak menggunakan nikmat matanya kerana mengkufuri nikmat mata apabila menggunakannya untuk melihat wajah perempuan yang bukan muhrimnya. Mata dijadikan Allah untuk melihat perkara mendatangkan kebaikan bagi agama dan dunia. Sebab itu mata hendaklah dipelihara daripada melihat perkara yang mendatangkan bahaya dan mudarat. Sikap syukur pula untuk keuntungan manusia sendiri. Tuhan tidak mendapat apa-apa keuntungan dengan perbuatan syukur yang dilakukan oleh hamba-Nya. Sebaliknya, Tuhan juga tidak akan rugi dengan sikap kufur dan engkar yang ditunjukkan oleh manusia. Perkara ini dijelaskan oleh Allah melalui firman-Nya yang bermaksud “Barang siapa yang bersyukur maka hal itu untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Mulia.” – Surah al-Naml, ayat 40 Orang yang bersyukur jiwanya akan menjadi semakin bersih. Dia akan bertambah dekat kepada Tuhan dan semakin sedar bahawa nikmat itu adalah kurniaan Illahi yang perlu dipergunakan untuk kebaikan sesama manusia. Seseorang yang memperolehi kekayaan, maka kekayaan itu hendaklah digunakan pula untuk keperluan kebaikan seperti membantu fakir miskin, menolong orang yang memerlukan dan sebagainya. Orang berpangkat dan berkuasa hendaklah melakukan kebaikan terhadap orang di bawah atau rakyat jelata. Sesungguhnya bagi orang bersyukur maka nikmat yang diperolehinya semakin bertambah. Ini jelas dinyatakan Allah dengan firman-Nya yang bermaksud “Jika kamu bersyukur maka Aku Tuhan akan menambah nikmat itu kepada kamu. Dan jika kamu engkar maka sesungguhnya seksa Aku amat pedih.” – Surah Ibrahim, ayat 7 Sadar akan pentingnya sikap ini, maka syukurilah nikmat kurniaan Allah kepada kita baik nikmat lahir atau batin. Mudah-mudahan dengan berbuat demikian, maka nikmat itu akan kekal berterusan bersama kita dan hidup kita pula akan mendapat keredaan Allah baik di dunia atau akhirat.

dalam rezeki kita ada rezeki orang lain